Jumat, 29 Januari 2016

Mengatasi Ringworm

Ringworm merupakan masalah yang sedikit sulit diatasi pada cattery, breeder atau pada pemeliharaan kucing berjumlah banyak. Induk kucing bisa saja tidak menunjukkan adanya gejala ringworm. Tapi begitu anaknya lahir dan berumur beberapa minggu, ringworm terlihat mulai menyerang anak kucing. Artinya cattery atau breeder tersebut tidak bebas ringworm.
Berbagai cara membasmi ringworm bertujuan menghilangkan jamur dan spora jamur dari tubuh kucing dan lingkungan sekitar (kandang, lantai, peralatan kucing, dll). Menghilangkan jamur penyebab ringworm dari tubuh kucing gampang-gampang susah dan dibutuhkan teknik dan  kerajinan tersendiri agar jamur tidak muncul kembali.
Cara menghilangkan jamur penyebab ringworm dari tubuh kucing yang paling baik adalah dengan kombinasi 2 cara pengobatan,  yaitu pengobatan secara topikal (pengobatan luar : salep, obat gosok, shampoo) dan obat oral (makan). Salep, spraydan obat gosok bisa digunakan untuk menyembuhkan ringworm yang terlokalisasi (terpusat). Sedangkan untuk membasmi spora dan ringworm yang luas daerahnya atau carrier, sebaiknya ditambah dengan penggunaan shampoo anti jamur dan atau dip (larutan untuk dicelupkan).
Banyak pilihan obat anti jamur yang dapat diberikan pada kucing. Karena sifat jamur yang agak bandel, obat oral pun diberikan untuk jangka waktu agak lama. Tergantung jenis obatnya, jangka waktu pemberian obat bervariasi mulai dari beberapa minggu hingga beberapa bulan. Sayangnya sebagian besar obat oral mempunyai efek samping kurang baik, apalagi bila digunakan untuk jangka panjang. Beberapa reaksi buruk terhadap obat bisa saja muncul, oleh karena itu pemberian obat harus diawasi dengan seksama oleh dokter hewan.
Pilihan Obat Oral
1. Griseofulvin.
Durasi pemberian obat : 4-6 minggu atau lebih. Efek samping : cacat pada fetus kucing (jangan diberikan pada kucing bunting), gangguan pencernaan, nafsu makan berkurang atau hilang, penurunan aktivitas sumsum tulang, demam.
2. Itraconazole.
Durasi : 2 X  2 minggu. Diberikan bersama makanan berlemak untuk meningkatkan penyerapan obat. Efek samping : cacat pada fetus kucing (jangan diberikan pada kucing bunting), hilang nafsu makan, kadang-kadang muntah, gangguan enzim hati (jarang). Jika nafsu makan hilang dosis obat diberikan bertahap selama dua hari, tingkatkan dosis obat bila tidak ada reaksi muntah lagi.
3. Fluconazole
Setiap hari atau selang satu hari selama beberapa minggu. Efek samping : cacat pada fetus kucing (jangan diberikan pada kucing bunting), gangguan hati.
4. Lufenuron.
Diberikan setiap dua minggu sekali selama masa pengobatan. Obat ini sebenarnya merupakan obat untuk membasmi kutu, efek tambahan terhadap jamur baru diketahui dikemudian hari. Obat ini sangat efektif membasmi jamur dan relatif aman dibandingkan obat-obatan lainnya, diberikan 2 minggu sekali.
5. Ketoconazole
Sering digunakan sebagai anti jamur. Biasanya diberikan bersamaan dengan  makanan berlemak agar penyerapan obat lebih baik. Efek samping : cacat pada fetus kucing, mual, muntah, hilang nafsu makan. 
Tanyakan dosis, frekuensi serta jangka waktu  pemberian obat pada dokter hewan langganan Anda. Perlu diingat pemberian obat-obatan di atas dalam jangka waktu beberapa minggu dapat mengganggu keseimbangan flora normal usus. Akibat yang mungkin terjadi adalah diare atau feces lembek untuk beberapa lama. Feces akan normal kembali setelah keseimbangan flora usus kembali normal.
 Pilihan/alternatif obat luar (topikal)
1.      Obat Gosok & Salep
Sebagian besar obat gosok hanya bisa didapat di Apotik dengan resep dokter hewan. Obat gosok cocok digunakan pada kasus ringworm lokal atau terfokus di beberapa tempat selain bagian wajah kucing. Kekurangan obat gosok yaitu warna obat yang berbekas pada bulu kucing dan bau yang sedikit menyengat. Selain itu obat gosok agak sulit digunakan pada daerah disekitar mata kucing karena dapat menyebabkan iritasi jika masuk ke mata.
Sepertihalnya obat gosok, salep anti jamur cocok digunakan pada kasus jamur yang terfokus di beberapa tempat. Umumnya salep mudah dibersihkan dan tidak meninggalkan bekas kecoklatan pada bulu. Kekurangannya salep bersifat lengket dan cenderung membuat bulu menggumpal (gimbal).
2.      Shampoo dengan bahan aktif Ketoconazole
Shampoo dengan bahan aktif ketoconazole 2 %  seperti fungasol, dapat dibeli di apotik atau supermarket. Pastikan konsentrasi bahan ketokonazol yang terdapat pada kemasan adalah 2 %. Konsentrasi 1% seperti yang terdapat pada nizoral SS,  kurang tuntas membasmi jamur Microsporum dan Trichophyton penyebab ringworm. Sebagian kecil populasi  kucing alergi terhadap bahan ketoconazole. Segera hentikan penggunaan, bila reaksi  alergi muncul pada saat memandikan.
3.      Shampoo dengan bahan aktif Povidone Iodine
Shampoo Betadine dengan bahan aktif povidone iodine 4 %, bisa di beli di Apotik atau supermarket. Shampo ini berwarna coklat tua seperti Betadine. Shampoo tidak meninggalkan bekas pada bulu jika dibilas dengan bersih. Shampo ini cukup efektif membasmi jamur, bila digunakan dengan benar (lihat cara memandikan kucing dengan shampoo obat). Hati-hati dengan reaksi alergi terhadap povidone iodine, sepertihalnya pada shampoo ketoconazole.
4.      Lime sulfur (belerang) 0.5-5 %
Belerang adalah obat klasik untuk membasmi jamur. Larutan belerang 0.5-5 % bisa dipergunakan obat anti jamur. Kucing dimasukkan (celup) kedalam cairan belerang tersebut dan ratakan cairan ke seluruh badan. Kemudian keringkan dengan handuk dan hairdryer (pengering rambut). Biasanya dengan 2-4 kali pengobatan, jamur sudah bisa dikendalikan. Kekurangan pengobatan ini adalah bau sulfur yang bisa menyebabkan hilangnya nafsu makan kucing. Selain itu bisa juga digunakan obat semprot (spray) yang mengandung belerang. Obat spray & larutan belerang tersebut bisa didapatkan di petshop-petshop.
Salep dan obat gosok biasanya digunakan 1-2 x sehari. Shampoo obat dan larutan belerang biasanya digunakan 2 x seminggu selama beberapa minggu. Cara-cara & obat-obatan topikal di atas adalah pilihan tetapi dapat juga digunakan bersama sekaligus. Seperti Shampoo & obat gosok atau shampoo dan larutan belerang atau obat gosok, shampoo & larutan belerang. Jadwal pemberian masing-masing obat pun perlu diatur sedemikian rupa agar hasilnya maksimal. (oleh : drh. Neno WS)

Referensi
Dermatophytosis. In: A Practical Guide to feline Dermatology. Moriello KA, DeBoer DJ. Guagure E, Praclaud P, eds., Paris, Merial Corp, 1999, 4.1-4.10.
Fungal Skin Diseases, Chapter 3, Small Animal Dermatology, A Color Atlas and Therapeutic Guide. Medleau L, Hnilica KA., Philadelphia: WB Saunders Co, 2001; 36-40.
J Am Anim Hosp Assoc 1995 May-Jun;31(3):250-3;  Evaluation of topical therapies for the treatment of dermatophyte-infected hairs from dogs and cats.  White-Weithers N, Medleau L;  Department of Small Animal Medicine, College of Veterinary Medicine, University of Georgia, Athens 30602, USA.
J Am Vet Med Assoc 1995 Jul 1;207(1):52-7;  Inability of two topical treatments to influence the course of experimentally induced dermatophytosis in cats.  DeBoer DJ, Moriello KA; Department of Medical Sciences, School of Veterinary Medicine, University of Wisconsin, Madison 53706, USA.
J Small Anim Pract 1999 Apr;40(4):163-6.  Miconazole/chlorhexidine shampoo as an adjunct to systemic therapy in controlling dermatophytosis in cats.  Paterson S, Animal Medical Centre Referral Services, Chorlton, Manchester.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar